Bila Berpikiran Negatif, Manusia Selalu Akan Berprasangka Buruk Pada Siapa Saja

Bila Berpikiran Negatif, Manusia Selalu Akan Berprasangka Buruk Pada Siapa Saja

Alya dan Yanti, pergi berbelanja bersama. Alya berpikir bahwa dia
melihat seorang wanita meninggalkan sebuah toko tanpa membayar
belanjaannya, dan berkata kepada Yanti :”Lihat, ada seorang pencuri
toko!” Yanti, yang mata ketiganya telah terbuka melihat bahwa segumpal
karma buruk masuk ke tubuh Alya. Mereka lalu mendatangi pemilik toko,
untuk menanyakan apakah wanita itu telah membayar belanjaannya, dan
ternyata wanita tersebut memang telah membayar. Alya memang telah
menuduh wanita itu. Bagaimanapun, Alya telah mendapat karma buruk
akibat pikiran dan ucapannya.

Bagaimana kita menjaga kondisi pikiran jernih dan yang penuh
kebajikan? Pertama, kita tidak boleh menuduh seseorang dengan
berprasangka. Semakin anda menuduh seseorang dengan negatif, anda
makin terikat pada tuduhan anda, dan anda makin menemukan kesalahan-
kesalahan pada orang-orang yang lain. Sebenarnya, anda membayangkan
kesalahan-kesalahan pada orang lain itu karena asumsi negatif anda
sendiri. Mereka tidaklah seperti apa yang kamu pikirkan. Karena,
mahluk yang telah sempurna selalu baik hati. Mereka selalu
menganjurkan kebaikan daripada kritikan.

Saat sebuah masalah timbul akibat opini yang berbeda, kita terkadang
salah menilai maksud orang lain secara tidak sadar dan semakin
memperuncing konflik. Ketika kita mulai menuduh orang lain secara
negatif, kita telah terserap dalam kondisi “perubahan sejalan dengan
niat pikiran”, dan “timbul gangguan iblis oleh perasaan sendiri”.
Kita sering menciptakan bentuk opini prasangka pada yang lain karena
sentimen (perasaan) kita sendiri. Apakah sentimen itu? Bagaimana
sentimen itu muncul? Sentimen berasal dari sifat egois (mementingkan
diri sendiri). Setiap orang ingin melindungi dirinya; tak peduli
apakah salah atau benar. kita harus terus mengelimiasi keterikatan
kita akan sifat egois ini.

Kemurahan hati dapat terwujud sehari-hari dalam kita menempatkan
diri kita dibawah orang lain, kita menghormati harga diri orang
lain, dan kita bicara pada orang lain dengan nada yang tenang
seperti memberikan nasihat. Bagi kita yang tumbuh besar di China
pada zaman revolusi kebudayaan, kita semuanya telah bersikap
seperti “Penjaga Merah Kecil” dan telah mendidik kita untuk
mengkritik dan secara verbal menyerang Lin Biao, Konfusius, tuan
tanah, dll, dll (Lin Biao adalah seorang politisi komunis yang
kehilangan perjuangan politiknya selama Revolusi Kebudayaan pada
awal tahun 70-an di China). Dalam lingkungan politik ini, kita
dididik untuk bicara hanya untuk menyerang dan menulis hanya untuk
mengkritik. Ditinjau kembali, pendidikan yang kita terima di China
adalah memberantas sifat alami dan adalah sebuah jiwa keiblisan.
Inilah mengapa sekarang banyak orang yang tumbuh besar di China
harus berusaha dengan sangat keras untuk menanamkan kebaikan dalam
cara bicaranya. Selama revolusi kebudayaan di China, setiap orang
menganggap orang lain sebagai musuh dekat, jadi seseorang harus
berjaga-jaga setiap waktu. Kita harus mengeliminasi pikiran buruk
kita, dan mengeliminasi sifat ke-iblisan kita.

Komentar

Postingan Populer